Mencintai bayang-bayang


Ada masa dimana mencintaimu adalah sebuah anugerah. 
Separuhku pernah meminta hati yang diam-diam kau siapkan untuk yang lain.
Separuhku pernah beranjak untuk pergi.
Terlalu sakit saat itu.
Sempat menjadi kepingan.
Namun separuhku yang lain menyuruhku untuk tetap,
tinggal.
Katanya, cinta tidak harus memiliki.
Katanya, Aku terlampau hebat karena telah mencintai sebuah—
Bayang-bayang.

Ada masa dimana ruang itu terasa amat penuh, sesak.
Rupanya penghuninya tidak hanya ada kamu dan aku, 
Tetapi ada yang lain;
Yang pernah kau ajak berbagi ruang yang sama.
Yang pernah menjadi topik yang sama sekali ingin aku hindari.
Yang pernah menoreh cerita dalam harimu.

Demi separuhku yang selalu menginginkanmu untuk tinggal.
Demi sisa waktu yang sebentar lagi akan berakhir.
Demi Aku, yang berusaha menggenggam bayang-bayangmu—
Semakin erat.

Ingin berterimakasih untuk masa-masa yang berat itu;
Memikul kenangan sendirian,
Berkunjung ke ruang kosong,
Memulai perjalanan seorang diri dari dimensi satu ke dimensi lainnya,
Tersesat diantara perasaan-perasaan tak bertuan ini.

Kamu—setidaknya, pernah menjadi bagian paling penting bagi separuhku.
Menjadi penguat bahwa tidak ada salahnya mencintai bayang-bayang.

‘bayang-bayang tidak pernah meninggalkan’
Kata separuhku yang lain, meyakinkan.

Untuk itu aku ingin berterimakasih, 
Sebanyak mungkin yang ku bisa. 
Sekali lagi, 
Aku tidak menyalahkan siapapun; baik kamu, atau perasaan yang semakin melunjak ini.
Semua ada waktunya,
Waktu untuk sembuh dari rasa sakit.
Waktu untuk kemudian berdamai, dan memulai cerita baru.


Tentangmu akan kuberi nama; Mencintai bayang-bayang.

Komentar

Postingan Populer