Sekelebat

Di perjalanan pulang.


Seseorang pada akhirnya melayangkan sebuah bom yang sudah dinanti-nantikan ledakannya--dan tepat jatuh ketika tengah berada dalam perjalanan pulang di sebuah kereta eksekutif jurusan Pasarsenen-Purwokerto. Dia akhirnya mengutarakan; tentang perasaan yang datang secara tiba-tiba.
Tentang lebarnya jarak yang semakin terlihat jelas. Tentang mencari jalan pulang alternatif agar tidak lagi jatuh pada kubangan yang sama. 
Dia merangkak mundur. Menjauhi.
Katanya, lewat beberapa pesan yang ia kirim, ia takut. 
padahal, tidak ada yang perlu ditakutkan. Perihal perasaan siapa yang bisa cegah? siapa yang bisa mengira akan jatuh dan menetap ke hati yang mana? Bodoh sekali jika manusia menyalahkan perasaannya sendiri. Mengatakan maaf, tapi entah siapa yang bersalah sebenarnya. 
Sekali lagi, ini hanya perihal waktu. Jika memang sudah terlalu muak, lantas biarkan waktu yang bekerja. Menyembuhkan dan menggantikannya dengan kepingan hati yang baru. Baik aku ataupun kamu, kita sama-sama belajar.

Bukan hanya kamu yang merasa tersakiti.
Bukan hanya kamu yang sia-sia atas perasaan itu.
Bukan hanya kamu yang tengah kesusahan mencari rute tercepat untuk pergi. Sejauh mungkin. Asal terbebas dari rumitnya perasaan masing-masing.

Aku juga tidak kalah sibuk; belajar menghargai perasaanmu, agar tidak terasa begitu menyakitkan. Belajar memahami bahwa perasaan datangnya selalu tiba-tiba.
Tanpa rencana.
Tanpa aba-aba.
Sebelummu, aku tengah bersusah payah menutup kembali hati yang sudah penuh sesak oleh sosok lain di luar sana. Biarkan aku belajar berdamai dengan diriku sendiri, dan gemuruh di dalam sana yang tak kunjung reda. 

Tidak ada ruang kosong. tidak untuk menyilakan siapapun untuk bertamu, andai kamu tahu bahwa sudah lama sekali pintu ini dibiarkan terkunci rapat. Genap lima tahun lamanya.

Terakhir, terimakasih sudah menyempatkan perasaanmu untuk sekedar mampir, bahkan hanya sekelebat sapa di teras depan. Aku turut bahagia bisa bertemu dengan laki-laki yang bisa jujur dengan perasaannya sendiri. Terimakasih sekali sudah mau menerima dan mendengarkan apa yang sudah menjadi pilihanku. Kamu tidak pernah salah. Tidak ada yang benar-benar dirugikan disini. 
Semoga di perjalanan selanjutnya, kamu bisa menemukan hati yang lebih lunak dan menerima perasaan tulusmu dengan senyuman hangat.

Sampai jumpa!




Komentar

Postingan Populer