Tentang siapa yang pernah singgah
| suatu hari di Bandung. |
Sudah tiba di penghujung tahun rupanya. Semua orang rasa-rasanya sudah siap untuk menyambut tahun-tahun penuh kejutan lagi, penuh harapan yang membuncah, serta bersiap berperang di medan yang belum jelas seperti apa wujudnya. Semua orang tergesa-gesa, sudah mempersiapkan langkah seperti apa yang akan dijadikan tumpuan nanti. Pelan-pelan dengan langkah kecil kah, atau Berlari sebisa mungkin dengan langkah yang amat lebar. Setidaknya mereka sudah bersiap, sedang saya tidak.
Saya masih asik mengenang beberapa ingatan yang masih tersisa di otak saya. Mencoba menaruh sosoknya di ruang yang tidak akan pernah saya lupa. Saya masih mengunjungi tempat-tempat dimana saya bisa kembali merasakan bahwa dirinya benar-benar dekat. Sedekat nadi.
Dari kejauhan, orang-orang di sekitar saya semakin membuat saya jengah; Langkah kaki mereka yang pasti, arah yang jelas, serta mimpi-mimpi yang menunggu diujung jalan. Mereka sudah tahu akan kemana, sedang saya tidak.
Surat-surat lusuh yang selama ini saya simpan dengan rapih kembali saya keluarkan satu per satu.
Untuk dikenang.
Agar tidak lenyap seperti layaknya tahun yang akan berakhir kemudian tergantikan dengan yang baru.
Mungkin kata siapapun manusia di bumi ini saya adalah perempuan paling bodoh. Berusaha menggapai-gapai sosoknya yang saya kira searah. Berharap ditolong olehnya dari jeratan perasaan tak bertuan selama bertahun-tahun ini. Seperti ada, namun sosoknya selalu bersembunyi di khayalan saya sendiri. Mereka bilang, harusnya saya menyerah saja dari dulu.
saya menghargai perasaan saya yang selalu ingin menjaganya. Jadi saya biarkan saja sampai waktunya benar-benar tepat. Tidak perlu dipaksa.
Tulisan ini, akan bercerita tentang siapa yang pernah singgah. Tanpa pernah ia sadari bahwa sosoknya benar-benar sempat membuat rumah kecil saya berwarna. Pernah merindukannya, pernah merasa dekat walau hanya sebatas pesan singkat, pernah ingin mengenalnya lebih jauh tepat ketika sosoknya mengucapkan 'selamat ulang tahun' yang kesekian.
Saya pernah sebahagia itu dengan sosok tak sempurnanya. Walau semu, ia masih dengan jelas dirasakan.
Saya tidak akan pernah menyalahkan waktu yang hanya membuat sosoknya singgah di teras rumah saya. Saya beruntung bisa jatuh cinta, lagi. Bisa diberi tanggung jawab membawa segala perasaan campur-aduk ini. Walau terkadang menyakitkan harus berjuang sendirian, tapi tak apa.
Segala tentang sosoknya, akan saya abadikan dalam fragman kenangan masa lalu saya. Akan terus saya jaga, saya tentang kemanapun tahun-tahun membawa saya untuk tumbuh, dan siap melepasnya.
Terimakasih sudah singgah, ya.


Komentar
Posting Komentar