Jakarta, Jakarta #1
Jakarta, Jakarta
Ada bagian dari dunia yang tidak bisa digapai, beberapa diantaranya menjadi yang paling ingin dihapus karena terlalu menyakitkan. Tentang kesendirian menjadi bagian pelik serta menyenangkan di satu waktu. Sendiri diantara ribuan manusia yang berlalu lalang, atau sendiri diantara banyaknya kekhawatiran di kepalamu? Paling tidak, mengakuinya di tengah-tengah ketidakmengertian mereka tentangmu menjadi bentuk betapa cintanya kamu dengan dirimu sendiri. Sebab, hidup di dalam genggaman orang lain menyusahkan.
Berlari ke gedung teratas, serta menyaksikan keramaian dari atas sana sudah jadi impian sejak dulu. Pasalnya Jakarta tak pernah menolak. Ia menerima siapa saja yang hendak masuk, sekedar mampir, atau mau sekalian menetap. Apapun keadaannya, ia menerimamu. Tapi lagi-lagi kesendirianmu menjadi tolak ukur manusia di dalamnya; Sendiri berarti tidak bahagia. Sendiri itu hal tabu. Sendiri itu bukan image Ibukota. Lalu perlahan ia tergusur. Kamupun begitu. Sebab, manusia terlalu egois memperkarai perihal sendiri atau tidaknya seseorang. Padahal bahagia sudah jadi bagian masing-masing.
Jakarta, ternyata, bukan tempatku.
lagi-lagi, tempat pulang paling aman adalah tubuh sendiri. Tak peduli diisi kesendirian, mimpi-mimpi yang remuk atau sebatang harapan yang sekarat—tubuh sendiri adalah sebaik-baiknya bagian dari dunia yang bisa dipijak.



Komentar
Posting Komentar