Museum masa lalu : Tentang Nenek
Aku berandai-andai, sesuatu dari masa lalu yang ingin aku bawa pulang ke masa depan. sesuatu dari tempat paling sederhana, namun cintanya tak akan pernah bisa aku lupakan. sesuatu, yang setiap sudutnya merefleksikan betapa bahagianya hidup bersama.
Aku berandai-andai, kembali ke masa lalu dan mengunjungi pelukan nenek yang wanginya selalu aku simpan diam-diam. Atau do’a doa’a kakek yang setiap kali kudengar ketika perutku sudah mulai sakit dan merengek kepadanya—minta dido’akan. Banyak sekali sesuatu-sesuatu yang ingin aku bawa pulang ke masa kini; kue kenari nenek, ikan bandeng kakek yang gemuk, jajanan-jajanan murah meriah yang disembunyikannya diam-diam di bawah kolong tempat tidur, serta berbagai macam sarung nenek yang wanginya selalu khas nenek.
Aku berandai-andai, menguar diantara tubuh saudara sepupuku yang mendapat lebih banyak kenangan bersamanya, sebagian kenangan yang bahkan separuhnya pun aku tak punya, atau mencatat diam-diam wajah keduanya yang tak pernah sempat aku pandangi di tahun-tahun menuju dewasaku.
Sekali lagi, aku berandai-andai, membawa nenek dan kakek bersamaku.
.
Ditahun-tahun setelah ini, aku harus sudah bisa menerima, bahwa kenyataannya aku tak punya banyak narasi tentang keduanya, bahwa kenangan terakhir yang dapat kuingat adalah ketidaktahuanku sendiri. Menyesal jadi teman perjalanan ketika keduanya sempurna menghilang. mati. kaku. hampa.
aku, kehilangan, semuanya.


Komentar
Posting Komentar