musim penghujan yang lebih panjang
Entah sudah sejak kapan, dua siklus yang dilewati garis khatulistiwa ini mengalami perubahan yang tidak karuan, harusnya sudah musim kemarau, justru turun hujan terus-menerus, tanpa henti. ketika waktunya musim penghujan, matahari bersinar terang seperti memamerkan diri lantas berteriak,
"lihat aku! aku sedang terik-teriknya!"
Semuanya mengejek kita dari langit, mengelabui kita yang begitu mudah diselipkan pertanyaan-pertanyaan sepele mengenai hidup. Seperti mengapa sekelompok burung harus berisik ketika musim kawin, atau mengapa si kaya masih saja mengambil sembako diam-diam dari si miskin, atau mengapa sepasang kekasih harus berjanji saling memiliki padahal diri mereka sendiri bukan milik mereka?
Masih banyak pertanyaan-pertanyaan aneh tapi selalu nyangkut dan berputar-putar dalam kepalaku. Bukannya mikirin skripsi atau kira-kira siapa jodohku nanti, malah asik nulis panjang lebar yang berakhir diarsipkan saja. Dan tujuanku mengisi ketidakngantukanku di pukul satu dini hari ini adalah untuk sekedar merangkum apa-apa saja yang sudah terjadi di bulan kemarin dan mengingatkan diriku sendiri untuk bersiap sebulan kedepan sebelum akhirnya berpisah tahun dan menyambut tahun yang baru. Si 2022.
Bulan kemarin jadi bulan yang seperti orang asing bagiku. Entah aku yang diasingkan atau justru aku yang mengasingkan diri sendiri. Banyak hal baru yang datang tumpang tindih, belum selesai aku berteman dengan si A, eh si B muncul, kenal aja belum tau-tau si C datang. Pusing? Iya. Takut? lebih-lebih. Salah satu faktornya adalah aku sudah ada di fase harus banget menulis skripsi. Eng-Ing-Eng...tiba-tiba aja aku amnesia. Eh tapi beneran deh, masalah yang paling utamanya adalah aku belum ketemu dan salim baik-baik sama dosen pembimbingku sendiri, hiks, sungguh mengenaskan. Itulah jeleknya aku, ntar kalang kabut pas teman-teman yang lain sudah pada daftar buat yudisium.
Amnesia lagi.
Hal lainnya yang aku sadari adalah, adanya ketidak-stabilan pada emosiku. Bahasa kerennya sih Emotionally Unsable. Tapi mau keren gimana pun juga, fase ini ingin rasanya aku masukkan kantong kresek lalu dibuang ke Kali Ciliwung. Kamu nggak akan tahu apa sih yang 'sebenarnya' terjadi pada dirimu sendiri, karena sesuatu yang disebut emosi ini masih jadi bahasan abstrak yang perlu aku gali lebih dalam. Mungkin kita sering mendengar istilah Mentally Unstable, nah dalam kasusku ini, justru emosi yang nggak stabil. Bingung nggak lo? sama. Alhamdulillahnya, mental aku ya baik-baik saja. I never do a self-diagnosed, atau ada keinginan untuk pergi ke psikolog karena aku nggak bisa handle masalah yang ada pada diriku. Bersyukurnya aku masih dikasih Tuhan kondisi mental yang baik-baik saja ini. I'm grateful, indeed.
Kapan-kapan aku akan bahas tentang si emosi ini, once, kalau semua materi dan semua penjelasan sudah aku baca dan pelajari, oh sama kalau niatnya lagi ada.
Selain itu, karena lagi musim penghujan, aku jadi sering kangen sama ayah di rumah. Nggak ada relevansinya sama sekali, tapi beberapa malam sering banget keinget ayah dan tahu-tahu bantal sudah rembes sama air mata. Selama balik ke kosanpun (yang sudah mau sebulan ini) baru satu kali ayah chat aku dan pesannya adalah ngabarin aku kalau anak kucing di rumah ada yang mati lagi. Aku sedih, tapi sedihnya jadi dikali dua. Aku berharap ayah bisa nanyain kabarku aja sih. Tapi mungkin tahu anaknya (insyallah) akan baik-baik saja, jadi ya nggak perlu ditanyain lagi. Tapi karena aku termasuk ke dalam golongan orang dengan love languange 'words of affirmation', jadi aku selalu merasa kosong aja gitu. Kosonkkk pake k. Ya...mau gimana lagi, orang tuaku mana ngerti hal-hal yang kayak begini, mau jelasin panjang lebar juga kayaknya nggak perlu-perlu amat. Biar nanti aku yang terapin ini kelak ke anak-anakku di masa depan (ceileh).
Overall, November kemarin jadi bulan yang sedikit berat. Harus nyusun skripsi, fase emosi tidak stabil, kangen ayah, dan anak kucing mati. Memasuki tanggal satu di bulan baru juga tidak serta merta semua masalah di bulan kemarin selesai begitu saja. Aku mau mengingatkan diriku sendiri untuk bisa pelan-pelan. Pelan tapi pasti, to be exact. Oke, udahan kalau gitu, ngantuk berat.
pukul 2.34 dan mata lima watt, aku menyudahi tulisan ini.


Komentar
Posting Komentar