kamar mandi dan masa depan


 

Tubuhku penuh keringat, posko kkn baru saja kubersihkan dengan sepenuh hati, benar-benar sepenuh hati. Aku tak membual perkara bebersih jadi salah satu coping stress-ku yang paling mudah aku identifikasi. Sebab, ketika aku tengah menjalaninya, ada beban yang seketika luruh walau tak semuanya hilang dari pundakku. Ini masih hari kedelapan belas, dan aku tiba-tiba mengutarakan rindu rumah. Entah menyeletuk asal, atau dengan penuh intensi mengucapkannya dengan lirih. Aku benar-benar rindu rumah. Padahal kegiatan harian di kkn ini juga biasa-biasa saja. Tak ada yang benar-benar membuatku muak atau lelah berlebihan sehingga aku memutuskan merindukan rumah. Mungkin aku hanya rindu kucing-kucingku, rindu diomeli bunda, atau rindu kegiatan 'malasku' di kamar. Tak ada hal penting yang menjadi alasanku begitu merindukan kepulanganku ke rumah. 

Beberapa hari lalu, aku mendadak memikirkan masa depan. Di dalam kamar mandi dan dalam kondisi tengah buang air besar, aku tiba-tiba memikirkan hal serius. Apa yang harus aku lakukan ketika lulus nanti. Rencana-rencana yang akan menjadi pilihan di masa mendatang, serta apapun yang membuatku bisa living to the fullest nantinya. Aku juga harus memikirkan beberapa orang terdekatku yang bisa atau tidak bisa ikut andil dalam kehidupanku nantinya. Aku tahu, jelas aku tahu. Diriku sendirilah yang harus aku letakkan pertama dalam segala hal. Aku tahu, tak harus pula aku memikirkan pendapat orang lain dan mengikuti segala tetek bengek standar kehidupan di masyarakat sekarang yang jelas-jelas bisa buat dirimu gila. Bayangkan aja, semua aspek dalam kehidupanmu diatur menurut standar yang sudah ada. Nggak bisa mengikuti? jelas akan tertindas begitu saja. Aku jelas harus memikirkan matang-matang segala tindakanku, walaupun di umur 22 tahun ini aku masih saja gegabah untuk hal-hal yang serius, tapi percayalah, aku tengah berusaha sebisaku. 

Dalam lamunanku di tengah-tengah buang air itu, aku menetapkan untuk bekerja dan (mungkin) tinggal di Ibu kota saja. Banyak alasan yang mungkin tak bisa aku utarakan di sini sebab sebagian masih terasa begitu abu-abu. Tapi yang jelas, Jakarta tak begitu jauh dengan rumah orang tua di Tangerang. Masih bisa dijangkau dengan mobil atau krl, selain itu, rencana selanjutnya adalah menyewa apartement dengan sahabatku, Elfana, yang kini sudah punya kerjaan di Jakarta. Supaya biaya tempat tinggalnya bisa dibagi dua wkwk. As you know, living cost di Jakarta termasuk dalam kategori mahal bin mahal banget. Dan itu masih jadi rencana kasarku sejauh ini, dan semoga aja bisa beneran dapat kerjaan di Jakarta. 

Sebenarnya menyenangkan sekali bisa berandai ini-itu, membuat rencana jangka pendek atau panjang sesuka hati, tapi bagian terberat adalah menjalani dan belajar terkaget-kaget kalau ada rencana yang nggak sesuai. Ya, namanya juga hidup. Be present adalah prinsipku saat ini, sehingga nggak perlu khawatir-khawatir banget sama masa depan yang kadang buat kita takut setengah mati. 


Komentar

Postingan Populer