secuil perihalku
Aku ingin sekali menceritakan setidaknya sedikit tentang diriku. Aku yang cenderung keras kepala. Aku yang lebih menyayangi kesendirianku tapi sebenarnya merindukan sebuah ingar-bingar rasanya dicintai. Aku yang terbata-bata mengungkapkan seluk beluk perasaanku sendiri sebab banyak hal yang tak bisa diartikan secara penuh. Aku yang memilih kebahagiaan orang lain diatas kebahagiaanku sendiri, sebab, aku selalu percaya, kebahagiaan mereka adalah nafas baru untuk hidupku sendiri.
Aku sebenarnya tak menuntut keramaian, atau sepi yang terlalu mengusik. Aku ingin berada di antara-antara. Ramai yang cukup, serta sepi yang masih ada di batas aman. Aku ingin hari-hari bahagia tak lebih berat atau kurang dari hari-hari menyedihkan yang nantinya hadir dalam hidupku. Aku meminta kata cukup. Cukup yang menjadi bahan bakar utama kedua kakiku untuk terus bergerak maju.
"kita cuma butuh cukup. Supaya kata syukur nggak berhenti di satu titik aja. Tapi mengalir terus seperti halnya kamu menghirup nafas selama ini. Seumur hidupmu."
Sebagai manusia, tentu ada masanya aku menggiring ego hingga baris terdepan. Aku ingin semuanya berpusat padaku; kebahagiaan, orang tua yang selalu mengerti keadaanku, teman-teman yang menyenangkan, dan semua pencapaian yang sesuai pada tempatnya. Dan tak kusadari bahwa aku semakin terluka akan hal itu. Aku melukai diriku sendiri. Dan kulakukan berulang kali.
Aku sebenarnya tak banyak bicara. Sebab perlu kehati-hatian ekstra ketika kata demi kata terucap begitu saja. Aku tak mau ada hati yang terluka akibat perkataanku sendiri. Rasanya tentu tak menyenangkan, dan aku pernah mengalaminya beberapa kali. Aku menjadi cerewet ketika kurasakan penerimaan yang cukup dalam hatiku. Bahwa aku punya porsi dan peran dalam lingkaran itu. Dan aku bisa jadi diriku sendiri tanpa harus berpura-pura lagi. Sungguh, tak ada hal yang menyenangkan dilakukan ketika kita tak bisa jadi diri kita sendiri. Hasilnya? cuma kelelahan yang tak berujung, sebab esok hari kita harus menjalaninya lagi. Aku berhenti jadi diri orang lain. Hal itu sudah kutinggalkan beberapa tahun yang lalu, setelah kulangkahkan kaki keluar dari pondok itu.
Aku hanya seorang penulis berisik di blognya sendiri yang tak ingin semua orang masuk ke dunianya. Aku begitu mencintai duniaku yang seperti ini. Jauh dari riuhnya kehidupanku di dunia nyata, aku menyisakan ruang kecil untukku mencemoohi semua hal dalam hidup secara rapih dan sistematis. Walaupun banyak dari tulisanku yang rumpang sana-sini. Aku tetap mencintai duniaku yang satu ini. Sejak SMA aku dijuluki sebagai motivator media post-it. Entah siapa yang menamainya begitu, aku bahkan tak bisa memotivasi diriku sendiri saat itu. Aku hanya gemar membuang-buang kalimat tak penting lantas menempelkannya pada lemari besi milik teman-temanku. Esok harinya tak jarang kudapati beberapa notes balasan tertempel di lemariku. Hari-hari itu selalu menyenangkan bila diingat-ingat dan rasanya aku ingin membekukan waktu, sebab, tak ada yang lebih membahagiakan ketika ternyata tulisan ceker ayam itu membuat hari seseorang menjadi lebih baik.
Oleh sebab itu, mudah untuk membuatku terbuka dan terlihat menyenangkan, yaitu dengan menuliskanku secarik surat. Apapun itu isinya, aku selalu menghargai usaha seseorang menuliskanku sebuah surat. Karena...surat terasa begitu personal dan intimate. Mungkin terdengar lebay, but i love someone's handwrite. Aku seakan bisa membaca dan merasakan suasana hati pengirimnya. Dan itu sangat sangat membahagiakan. Karena aku paham, tak banyak orang yang bisa dengan mudah menjelaskan isi hatinya dengan lantang. Menulis, entah sebaris dua baris atau bahkan berlembar-lembar, jadi pilihan yang paling mungkin dilakukan untuk menjaga jiwamu tetap waras. Kapasitas hati manusia itu tak selapang itu. Percayalah. Maka dari itu kita butuh seorang teman untuk setidaknya diajak berbagi separuhnya.
Aku hanya ingin menjadi sepenuhnya diriku sendiri dan seorang teman bercerita yang menyenangkan. Hidupku biasa-biasa saja, dan semoga hal itu tidak memberatkan siapapun. Lantas, selamat berkenalan denganku!
Salam sayang,
Paperandpoems


Komentar
Posting Komentar