meramu sayang

 


Sungguh menatapnya, hatiku, sekali lagi, tak ubahnya pengecut yang bersembunyi pada setumpuk kisah cinta romeo-juliet. Hatiku berdebar. Desir aneh yang kutemukan ketika aku mencoba meramu…sebuah sayang. 


Hatiku berdebar sekali lagi, sudah kupastikan itu karena gelak tawanya yang dengan tanpa tedeng aling-aling membuatku ingin berlama-lama memandangnya. 


Aku membiarkan kasih sayang tetap menjelma sayang tanpa harus berlomba-lomba dengan ego. Sebab kutahu, akhirnya tak akan pernah baik.


Bagiku, sayang terdengar lebih apa adanya ketimbang cinta. Ia hadir sebagai bentuk kesepian lain yang justru membuat hatimu penuh. Kesepian yang membuatmu ingin berlama-lama, sebab, padanya kau merasa pulang. 


Aku ingin sekali menghentikan waktu, sedetik, dua detik, hingga rongga dada terasa penuh sesak. 


Secara, aku bebas meramu sayang ini pada siapa saja. Sebab sekali lagi, sayang lebih pelan ketimbang cinta yang terlalu menggebu-gebu. Sungguh tak cocok denganku yang suka menatapnya diam-diam. Menelisik gurat-gurat halus di wajahnya. Mencari-cari jawaban singkat dari tiap senyum yang ia sungging secepat kilatan cahaya. 


Kepadamu, sampai saatku habis di tempat ini, biarkan aku meramu sayang ini dengan caraku sendiri. Kamu tak perlu lari dan menjauh, sebab, sayang akan selalu datang apa adanya. 


Ia tak pernah menarikmu paksa, karena apapun yang dipaksakan toh pada akhirnya meninggalkan ego yang tak ada habisnya. 


Biarkan sayangku terus tertuju padamu, hingga pada saatnya aku benar-benar selesai meramu ini dengan sempurna, maka aku cukupkan. 


Pada album tulus terbaru berjudul jatuh suka; aku kerap memutarnya lantas menyelipkan wajahmu diantaranya. 

Komentar

Postingan Populer