Rest in love, Ril.


 

Biasanya setiap tahun, tepatnya setiap Bulan Juni, aku selalu berharap setidaknya banyak hal baik dan menyenangkan yang terjadi ketimbang sebaliknya. Aku menata bulan ini baik-baik. Perlu diingat bahwa yang baik tak pernah lagi aku asosiasikan sebagai hari tanpa menangis misalnya. Hari tanpa sedikit kecewa dan sakit hati. Semuanya tetap ada, kadang gemanya terlalu berisik masuk ke telingaku, kadang sedu sedan yang aku temukan di balik bantal yang sudah penuh dengan bercak air mata. Baik-baik di sini adalah baik secara porsi dan baik secara bagaimana emosiku bereaksi atas sesuatu yang terjadi dalam hidupku.

Sayangnya, di bulan ini, bulan kesayanganku; kabar duka berteriak tak berhenti. Aku tahu kalian pasti tahu, Emmeril, nama yang tak pernah aku dengar sebelumnya, sosok yang tak pernah aku jumpai barang sekalipun walau hanya di media sosial, dan apapun yang ada padanya tak sekalipun pernah terjamah olehku. 

Emmeril namanya, Almarhum Emmeril. 

Aku tak akan bercerita banyak, sebab pedih di hatiku, di hati semua orang se-Indonesia saat ini, mencoba melepas sosoknya yang pergi tenang setelah seminggu lebih pencarian hampir putus asa di Bern, Swiss pada Mei lalu. Aku menulis ini, aku meminjam nama dia disini sebagai kenangan yang akan selalu aku ingat. Sebab, Ril, kita berbagai hari, tanggal ulang tahun dan tahun yang sama. Persis, Ril, tak ada beda. Hanya saja tempatmu di New York sana, sedang aku hanya di kota kecil di Pulau Jawa. 

Berisik sekali, Ril. Tak henti-hentinya semua orang membicarakanmu. Mendo'akanmu, berharap do'a-do'a itu menyalip cepat diantara takdir Tuhan yang diputuskan untukmu. Tapi rupanya kalah cepat, Ril. Tubuhmu tiba di tanah air, tapi tidak dengan jiwamu. Entah, pada arus Sungai Aare yang mana yang menyiksa dadamu, merenggut jiwamu, kemudian menyisakan napas-napas kecil yang semakin lama semakin kehilangan ritmenya. Seperti kami semua yang penuh harap-harap cemas agar tak kehilanganmu.

Ril, seorang asing yang berbagi ulang tahun yang sama denganku, semoga damai mengantarmu sampai ke pelukan Tuhan. Riuh rendah do'a-do'a tetap berkumandang atas namamu serta nama keluarga yang kamu tinggalkan. Agar perihal tinggal-meninggalkan ini bisa diterima dengan lapang, tak hanya oleh keluargamu namun juga darimu dan itu...biar Tuhan saja yang tahu. 

Ril, pergi yang tenang, ya. Semoga di atas sana kamu temukan lebih banyak sungai-sungai cantik selain Aare, berenang sebebasmu, selama yang kamu inginkan. Kami semua melepasmu, pelan-pelan. Selamat tinggal, Ril. Selamat ber-ulang tahun yang ke 23. Diatas sana, di tempat yang baru dan semoga lebih baik untukmu. 


10 hari menjelang pergantian umur, Almarhum Emmeril, dimakamkan. 


Komentar

Postingan Populer