seperti apa rasanya dicintai?
Aku menyelami pikirku beberapa waktu yang lalu, mencari-cari lebih jauh apa yang sebenarnya aku butuhkan. Melemparkan banyak pertanyaan yang diantaranya hanya sanggup kujawab beberapa saja. Entah dari mana datangnya, pertanyaan yang satu ini selalu saja menarik perhatianku sekaligus merayapkan takut diantaranya.
"seperti apa ya, rasanya dicintai?"
Ada beberapa pertanyaan yang memang belum ada jawabannya, antara memang kita belum benar-benar menyiapkannya atau pilihan lainnya adalah kita enggan untuk menjawab. Seketika aku terdiam. Otakku mencari-cari padanan kata yang pas untuk menjawab sekenanya saja. Tapi ternyata aku kesulitan. Berkali-kali aku mencoba sampai pada akhirnya aku hafal betul pertanyaan ini, rupanya 'aku' masih belum ada di sana.
Beberapa tahun belakangan ini, aku belajar untuk mencintai lebih dulu, mencintai hal-hal yang Tuhan hadirkan dalam hidupku. Mencintai orang-orang sekitarku yang padanya kasih sayangku tak pernah habis rasanya, seperti semakin kuberi, yang datang padaku justru berkali-kali lipat. Cinta mencintai jadi kata kerja paling indah sebab setelahnya hatiku jadi penuh. Tidak ada alasan selain bersyukur dan terus beryukur.
Dulu, aku belajar mencintai dengan dalih supaya nanti, suatu saat, aku kembali dapat bagianku. Seimbang kan? tidak apa-apa kan kita mengharapkan hal serupa? Aku mencintai, tapi aku juga ingin balik dicintai. Oleh siapapun. Tuhan, sungguh, jika boleh kali ini aku meminta lebih, hadirkan aku seseorang yang padanya aku bisa dicintai apa adanya. Dari apa adanya dirinya, dan apa adanya diriku.
"seperti apa ya, rasanya dicintai?"
Apakah rasanya sepenuh itu? apakah sama rasanya seperti cinta ibu bapak ke anak-anaknya? apakah mungkin sama seperti cinta seorang sahabat? cinta kakak ke adiknya dan sebaliknya? seperti apa rasanya? seperti apa? Sampai detik ini aku menuliskannya, aku belum punya jawabannya. Tapi aku pikir mungkin sesederhana kita merasa selalu dilihat, seperti dipeluk kemudian hangatnya menjalar ke sekujur tubuh, seperti diingat terus menerus hingga ada ruang untukmu tinggal di dalamnya.
merasa dilihat, dipeluk, diingat itu...menyenangkan sekali.
iya, kan?
Tapi sembari mencari-cari seperti apa rasanya dicintai, aku mau terus belajar mencintai apa-apa dan siapapun dalam hidupku, termasuk pada diriku sendiri.



Komentar
Posting Komentar