Heartbreak Motel
Heartbreak Motel adalah karya terbaru Ika Natassa yang sukses kubaca ulang sekitar tiga kali. Belum lagi di halaman-halaman tertentu yang ketika membacanya euforia yang muncul selalu sama. Aku menandai ini sebagai suksesnya seorang penulis ketika bisa membuat para pembacanya membaca ulang karya-karya tersebut lebih dari sekali. Dan Kak Ika...you nailed it!
Jika kalian adalah penggemar garis keras Ika Natassa dari karya-karyanya yang sebelumnya, tentu paham bagaimana seorang Ika Natassa menorehkan kisah-kisah yang ia tuang dalam karyanya, seperti sebuah ciri khas yang menempel padanya. Ada beberapa tulisan yang mungkin terkesan hampir mirip-mirip, namun tetap cara Ika Natassa men-deliver tiap cerita yang ada selalu berbeda. Begini ya, mirip tapi berbeda (Nahloh!).
Namun upayaku memberikan pernyataan barusan atas karya-karya terdahulu Ika Natassa dipatahkan dengan lahirnya anak terbarunya Heartbreak Motel ini. Ajaib, sungguh ajaib. Heartbreak Motel layaknya kotak pandora, penuh kejutan. Aku menyadari bahwa aku mengalami kelelahan karena harus juggling dari perasaan iba, hangat, kosong, berbinar-binar, hingga pada akhirnya kutemui perasaan yang lebih besar yaitu penerimaan. Heartbreak Motel bisa dibilang adalah museum seluruh emosi yang dimiliki Ika Natassa, semua dibabat habis, semua plot ditata rapih dengan porsinya masing-masing. Kuakui, ini adalah anak terbaik yang pernah dilahirkan oleh Ika Natassa sepanjang karirnya di dunia penulisan (ups, sebelumnya ada The Architecture Of Love! favoritku sebelum HM).
Kalau aku bisa kasih 100 jempol, akan dengan senang hati kuberikan untuk Heartbreak Motel. Dia nih, apa ya...semacam panduan tata cara menjalani hidup lengkap dengan halang rintang di dalamnya, tidak semua jalan keluar memang ada di sana, tapi paling tidak ketika membacanya aku diajak untuk mencarinya sendiri, sama seperti si tokoh utama, Ava. Jujur, Heartbeak Motel ini lumayan complicated, khususnya mengobrak-abrik perasaan. Complicated tapi indah! Ada bagian-bagian yang ketika kubaca ulang perasaan yang ditimbulkan selalu sama; menggebu-gebu. It might sounds exaggerating, but it's true. Seperti halnya percakapan Ibu dan Ava, rindunya Ava pada sesuatu yang justru semakin ia inginkan, sesuatu itu semakin sulit dijangkau. Kedatangan sosok Raga yang menawarkan konsep apa adanya pada dunia Ava yang semrawut. Dunia aktingnya yang membuat Ava kehilangan sekaligus menemukan dirinya yang baru serta...memaafkan, dan masih banyak lagi.
Ika Natassa menaruh penuh cinta dan kasihnya pada Heartbreak Motel, hal itu pun tercermin pula padaku (pembacanya) yang begitu mencinta Ava serta kehidupan yang mengitarinya. Seperti ingin kupeluk erat-erat Ava dan berbisik di telinganya; Va, sungguh tak apa jadi lemah, bukankah dipeluk dengan tulus dan erat itu menyenangkan? Mungkin di dunia Ava yang tak ada kejelasan batas antara kehidupan publik dan pribadinya membuat hal semacam merdeka memilih dan menjadi diri sendiri adalah perkara mustahil. Ava rindu rasanya menjadi bukan siapa-siapa, rindu ketika Ibu masih ada mengisi titik kosong dalam hidupnya, rindu mencintai dengan apa adanya, benar-benar apa adanya.
Kita pasti sangat tak asing dengan semua perasaan itu kan? di dalam Heartbreak Motel, Ika Natassa menghadirkan semua jenis perasaan dengan halus melalui setiap tokoh dan keadaan paling nyata. Bisa kujamin, dalam hidup semua orang pasti pernah dan bisa jadi mengalaminya. Ditambah lagi kisah tentang keluarga yang banyak dikulik oleh Ika Natassa, dan dengan tangan ajaibnya...BOOM! BAGUS BANGET! Duh lah, pokoknya silakan baca saja Heartbreak Motel, dijamin beneran bikin Heartbreak!
Teruntuk Ika Natassa, penulis favoritku yang sudah melahirkan TAOL dan HM ke dunia ini, semoga tak pernah habis akal melahirkan karya-karya lain yang sama ajaibnya. Sehat terus, lancar terus untuk karya berikutnya kak!!


Komentar
Posting Komentar