namamu, do'a panjang tak bertepi

 



Dunia yang isinya menyoal harap-harap cemas ini pernah kuselipkan namamu di antaranya, entah untuk apa dan sebagai apa. Tapi ibu pernah berkata kepadaku, tak ada yang salah dengan do'a, seperti pasrah yang kita genggam erat di jari jemari kita, ibu percaya bahwa do'a dan mendo'akan segala hal baik akan berbuah manis. Kuingat kata-katanya yang bagai mantra itu. 

 

Lantas yang kulakukan selama ini ialah membisikkan do'a-do'a kecil berharap Tuhan mengabulkannya kapanpun. Walau tak tahu sampai kapan keinginanku untuk terus mengucap namamu bertahan, kamu, dan nama indahmu itu terus kulantunkan. Penuh-penuh. Sepenuh aku mencintaimu dalam sepi yang semakin bergemuruh. 

 

Tahun berganti, dan mantra yang kumiliki perlahan...menghilang. Aku tetap tahu wujud dewasamu, negara yang kini kamu pijak, potongan rambut yang tak jauh berbeda dengan yang terakhir kali kulihat, lalu suaramu yang terlalu berat itu. Semuanya kusaksikan dari jauh. Sejauh do'a yang tak pernah mendengar jeritanku sendiri. Mungkin bagi Tuhan yang kuminta terlalu banyak. Mungkin bagi Tuhan yang kuinginkan akan menyakiti manusia lain. Mungkin bagi Tuhan sudah saatnya aku menyudahi menerbangkan namamu lebih jauh. 

 

Ibu menyambut tanganku yang terlalu sering menengadah menyeru do'a. Ia tahu yang kulakukan ketika tengah duduk menyendiri seperti sekarang ini. Ia seakan tahu bahwa tak akan benar-benar bisa melepaskan nama yang selama ini dipanjatkan berulang kali. Ibu tahu, bahwa merelakan yang bukan untuk kita adalah perjalanan panjang penuh tangis dan kalut. Ibu berkata bahwa sudah saatnya aku melepaskan dan membiarkan sisanya sebagai tugas Tuhan. Memulai membuka pintu-pintu baru yang selama ini tertutup hanya karena aku berharap pada satu nama. Membiarkan apapun dan siapapun untuk masuk dan mengenalkan diri dengan nama yang baru. 

 

Kau ingin tahu seperti apa rasanya? Seperti luka yang dipaksa untuk mereda saat itu juga. Oh, Tuhan, pasrah ini sudah terlalu lama kugenggam erat, seperti apa rasanya terbebas? seperti apa rasanya melepaskan? Namamu...ya, nama indahmu itu, kubiarkan Tuhan menyimpannya untukku. Rapat-rapat.

 


Komentar

Postingan Populer