temanku, raisya


 

Tulisan ini kuperuntukkan seorang teman yang sudah dengan senang hati membiarkan aku masuk ke dalam dunianya yang selama ini menyiksanya. Aku beberapa kali berjumpa dengan teman-temanku yang menawarkan ceritanya untuk kudengarkan. Sebagian menyoal kenapa hidup yang dimilikinya mengarah menyerupai drama-drama di televisi? Kenapa hidup menyuruhnya untuk berkata lantang-lantang bahwa hidup memang tak adil? Kenapa dari banyaknya manusia di bumi, ia menjadi salah satunya?

 

Mulutku mengatup, telingaku kubiarkan terbuka lebar-lebar, aku juga menyediakan peluk jika di saat-saat tertentu ia membutuhkannya. 

 

Rasanya bicara soal hidup, aku tak mampu sendirian. Justru teman-temanku yang hadir di sekitarku yang kemudian membawaku pada panjangnya pengelanaan tentang hidup. Hidup yang ia jalani selama ini menguras banyak sekali pengorbanan sehingga menyisakan kalimat "Mau gimana lagi, sudah begini jalannya." Mungkin dia tak terlalu menampakkannya padaku. Tapi aku tahu. Aku hanya tahu bahwa hidup yang ia tinggali kerap kali membuatnya bertanya, "Aku pantas hidup nggak ya?"

 

Duduk bersamanya, menyesap kopi yang kami pesan beserta kue prancis terkenal itu, aku tahu bahwa ia hanya butuh teman mengadu. Sesekali ia ingin jeritannya didengar. Aku tahu bagaimana rasanya tak memiliki seseorang untuk dipinjami telinga, aku tahu sesak yang tertahan di dada karena kebingungan harus membagikannya kepada siapa. Aku tahu kesulitan itu, dan itu menyakitkan.

 

Satu inginku untuknya; kembali pada tubuhnya dan menata ulang. Meyakinkannya bahwa dia sudah baik hati menyilakan aku menjadi telinga kedua. Meyakinkannya untuk mencoba lagi menghidupi dirinya yang kesekian kali terkapar habis oleh hidupnya sendiri. Menemaninya menata ulang agar kehidupan di lembaran barunya sesuai dengan apa yang bisa ia upayakan. 

 

Teruntuk Raisya, teman menjelajahi kue-kue khas prancis; Aku berharap kali ini, hidupmu mewangi cinta dan kasih dari dirimu sendiri dan orang-orang yang kamu persilakan masuk ke hidupmu. Aku tahu tak ada yang bisa mencegah luka yang menggores buku kehidupanmu, berani dan kuatlah, setidaknya untuk dirimu. Dirimu yang berharga itu.  Sekali lagi, kamu berhak mendapatkan segala kebaikan di dunia ini. 

 

Jika kamu menyilakan aku terus ada di sampingmu, aku akan mengaitkan tanganku erat-erat padamu, kita jalani ini sama-sama, sampai nanti? 

Komentar

Postingan Populer