penerang yang cukup
Hampir dua tahun lalu, di hari ulang tahunku menjelang 22, aku mendapatkan sebuah ucapan yang menurutku terlalu lucu dan manis. Entah karena aku sedang senang-senangnya pada orang itu, tulisannya, ucapannya untukku terasa apa adanya. Aku tahu bisa saja semua itu nyata; perasaan singkatku padanya, rasa sayangku yang ingin kubagi dengannya karena upayaku untuk berbalas budi, serta hari-hari selanjutnya yang akan diisi oleh orang itu. Di hidupku, aku tak pernah sekalipun mengharapkan sebuah nama untuk hubungan antar dua manusia ini. Bagiku, milik-memiliki adalah tetap pada diri sendiri, bukan orang lain. Oleh karena itu, langkahku berhenti sampai aku ingin menyayanginya seperti aku menyayangi orang-orang terdekatku. Aku tak akan memilikinya, tak akan pernah.
Di hampir dua tahun lalu itu, aku menyadari bahwa hidupku ada di masa-masa yang menyenangkan. Kehadirannya seperti hadiah di penghujung masa kuliahku. Dia datang, lalu kami tiba-tiba harus bersama melewati rutinitas baru, dan kenangan-kenangan kecil tertinggal di antaranya. Banyak sekali obrolan yang hadir di atas motor di perjalanan pergi dan pulang. Aku jadi sedikit tahu tentangnya, aku jadi tahu kebiasaannya setiap pagi ketika aku menjemputnya. Aku jadi tahu koleksi sepatunya yang selama ini kukira hanya itu-itu saja. Dari sedikitnya yang kutahu ini, dia sudah cukup baik untuk membantuku melewati tahun-tahun itu dengan sedemikian rupa.
Jadi sekarang, sudah sepantasnya aku berterima kasih kepadanya, walau yang terjadi saat ini, kami tak lagi sedekat dulu, tapi bagiku dekat atau tidak, berterima kasih atas bantuan orang lain, tak seharusnya terbatas pada jarak. Dia, tak hanya kumpulan dari banyaknya terima kasihku yang belum sempat kuucapkan padanya, tetapi kenangan. Dia adalah kenangan yang menyenangkan. Waktu mana yang bisa membeli kenangan-kenangan itu? Waktu mana yang bisa membuatku terjebak di masa itu dan mengulang hari-hari yang sama dengannya? Kubilang, dia adalah kebetulan yang tak akan bisa diulang lagi.
Dan, terima kasih sudah jadi bagian di hidupku yang (mungkin) tak akan bisa kubawa lagi ke masa sekarang. Terima kasih sudah membantuku, menghiburku dengan leluconmu, membuatku kembali menyayangi orang lagi. Terima kasih, ya. Kehadiranmu sempurna jadi cahaya yang cukup menerangi penghujung 22 tahunku. Yah…sampai jumpa…di lain masa.


Komentar
Posting Komentar