Andai perempuan bisa jadi apa saja
Suatu ketika di bangku kuliah, beberapa tahun silam, aku terhenyak akan sesuatu. Aku belajar menyoal gender. Aku dikelilingi prinsip-prinsip hidup bermasyarakat. Aku tahu, sejak awal, posisiku sebagai perempuan tak punya banyak tempat di luar sana. Kelak aku akan rasakan dunia yang carut-marut mengotak-ngotakkan identitasku hanya karena aku perempuan. Aku bawa serta ilmu-ilmu berharga semasa kuliah untuk hidup dengan kuat di masa mendatang.
Tibalah kini, aku memastikan bahwa semua itu benar. Hadir secara gamblang. Kesempatan-kesempatan membentuk hidup yang lebih baik dan layak tak semudah laki-laki. Harapan untuk membawa keadilan atas nama perempuan adalah perjalanan panjang. Perjalanan penuh luka sebab ini terasa tiada akhir. Aku tahu, ketika aku terlahir seorang perempuan, sejak saat itu hidupku tak mudah.
Hidupku terbatas, oh tidak, maksudku dibatasi oleh pemikiran kolot masyarakat yang mengabdi pada sistem patriarkis. Urusan pekerjaan, rumah tangga, bahkan mimpi-mimpi kami, terpaksa terbentur oleh kenyataan. Aku tak ingin lahir dengan banyaknya keterbatasan hanya karena aku seorang perempuan. Aku tak ingin mengalah atas dasar perbedaan jenis kelamin. Aku, secara terus terang, melawan segala peraturan mencekik tak berdasar. Aku perempuan, dan aku bisa menjadi apa saja.
Yang kumau, kudamba, dan kupeluk erat.
Dewasa kini, tak jarang idealismeku menuai kecaman dari berbagai pihak. Kupikir aku diberi akses untuk menempuh sekolah tinggi agar memperbaiki kehidupanku, mempertahankan identitas sebagai perempuan, dan memperjuangkan hak-hakku. Rupanya ini justru memperluas medan perang antara aku dan masyarakat. Tak ubahnya hewan peliharaan, aku dirawat serta dibesarkan dengan makanan yang mereka mau, bukan yang aku butuh. Perempuan-perempuan ini seperti dikungkung, sejak awal tujuan kami hanya untuk beranak-pinak. Ketika menyuarakan pendapat, mereka bilang, perempuan harus A, tak bisa B, jangan mengharap sampai Z. Oh, dunia, masih ada kah tempat untuk kami?
Andai perempuan bisa jadi apa saja, kupikir akan hadir lebih banyak cinta dan kasih tak terbatas. Yang tulus dan tumpah-ruah.
Akan kuperjuangkan kamu sebisaku. Bersama-sama. Sampai akhir.


Komentar
Posting Komentar